Kalau bahas tentang kekayaan tanah Zamrud Khatulistiwa ini
memang ngga akan ada bosannya, selalu bikin ketagihan dan mau mau mau tau lagi.
Bagai bola salju yang menggelinding, menyapu butiran debu
salju sehingga membentuk bola besar, ya seperti itulah gw. Semakin mengulik
kekayaan Indonesia, semakin besar kecintaan gw dengan Negara Seribu Pulau ini.
Ngga cuma alam Indonesia yang gw kagumi, budaya yang
dimiliki setiap daerah juga sangat amat gw berikan tepuk tangan. Entah berapa
kata WOW yang harus gw keluarkan, sepertinya ngga akan berhenti sampai gw
menutup mata. Tiap daerah di Indonesia memiliki keunikan budaya masing-masing,
dan masih tentang keunikan Pulau Flores kali ini gw mau membahas sebagian dari
budayanya, ehh.. mungkin ngga sebagian yah, secuilnya aja.. ehehe
Beberapa bulan lalu, ada 2 orang sepupu gw yang menikah.
Acara pernikahannya sendiri dilakukan dengan sentuhan adat, beberapa detail
acara diselipkan dengan kebiasaan-kebiasaan masyarakat Flores ketika mengadakan
pesta pernikahan. Apa lagi kalau bukan dengan tarian, mungkin menari sudah
mendarah daging bagi sebagian besar masyarakat Flores :D
Ada beberapa daerah yang mengusung tarian sebagai jembatan
untuk menyampaikan sebuah pesan tertentu. Begitu pula dengan tarian adat Flores.
Tarian-tarian adat yang digunakan dalam pernikahan kedua
sepupu gw ini yaitu Hedung, Luie dan Polines. Gw akan bahas satu persatu pesan (menurut
pandangan pribadi) yang disampaikan dari ketiga tarian ini.
Pertama tarian Hedung, tarian ini asalnya dari Adonara.
Hedung merupakan tarian perang, dulunya dilakukan untuk menyambut para pahlawan
yang kembali dari medan perang. Maka tak heran, tarian ini menggunakan
senjata-senjata sebagai lambang semangat berjuang yang tak kenal lelah. Semakin
berjalannya waktu tarian ini tidak lagi dilakukan dimasa peperangan melainkan
untuk penyambutan tamu dan acara-acara lainnya seperti pernikahan atau sebagai
penutupan/pembukaan pertandingan sepakbola supaya tarian ini tetap ada sebagai
warisan leluhur. Tarian Hedung terdiri dari beberapa laki-laki menggunakan
perlengkapan seperti Parang, Tombak, Perisai, Ikat Kepala yang terbuat dari
daun kelapa, Gemerincing yang diikat dikedua pergelangan kaki, dan Kain Tenun
atau Nowi’n. Dengan diiringi musik tradisional dari gong, gendang, dan irama
bolo’n para penari mulai memperlihatkan keahliannya dalam menari, karena kali
ini tarian Hedung digunakan untuk acara pernikahan maka para penari tersebut
memperagakan tarian seperti layaknya orang berperang sambil mengayunkan senjata
digenggaman masing-masing menuju kedua mempelai yang berdiri kurang lebih 50 m.
Setelah para penari sampai di hadapan kedua mempelai dan
para pengiringnya termasuk orang tua, para penari ini berhenti kemudian seorang
tokoh adat mulai menyampaikan pesan dan makna pernikahan. Tarian Hedung memberi
pesan bahwa dalam kehidupan berumah tangga harus bersemangat seperti orang
berperang, dan melindungi satu sama lain dari bahaya begitu juga seorang suami
yang harus menjaga anggota keluarganya.
Kedua tarian Luie, setelah tarian Hedung tadi selesai kemudian
para penari menepi dan disambung dengan tarian Luie. Tarian ini terdiri dari 8
orang Ibu-ibu yang berbaris membuat 2 shaf. Dengan melampinkan selendang
dibahu, para Ibu menari menghadap mempelai diiringi lagu Luie yang kemudian
diikuti oleh mempelai dan pengiringnya menuju ke pelaminan. Untuk tarian ini gw
kurang mendapat informasi, tapi sejauh yang gw tangkap dari tarian ini memiliki
pesan bahwa seorang Ibu yang melepas anak dewasanya menuju gerbang kehidupan
yang baru, karena dalam tarian ini para penari Luie mengantarkan kedua mempelai
sampai ke pelaminan *Correct me if i wrong*. Gw melihat para Ibu menari sambil
menangis. Mungkin terharu melihat dua orang anak yang telah dewasa kini menjadi
satu dan akan memulai kehidupan berumah tangga. Hehe..
Setelah kedua tarian tadi, kemudian berhenti dulu acara tari
menari adatnya. MC memberikan ramah-tamah dan disusul dengan Doa, setelah itu
giliran para undangan memberikan selamat kepada kedua mempelai dan
dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang telah disediakan oleh juru masak.
Sementara para undangan memberi selamat dan menikmati hidangan, para pemusik
mulai mendendangkan irama musik mulai dari lagu daerah, jazz, pop, sampai
reggae, tentunya kami para keluarga mulai maju dan.... you-know-what-I-mean.
Joget :D
Ngga usah ditanya berapa banyak lagu yang bikin gw ikut
turun ke lantai dansa. Entah terbawa suasana, entah emang jiwa jogetnya mulai
muncul, atau emang darah keturunan ‘doyan joget’ itu mengalir didalam tubuh gw?
Intinya saat itu gw menikmati setiap irama yang dibawakan. Gapapa yah,
itung-itung bakar kalori setalah makan banyak hari itu. *mulai pembelaan* :D
Semakin malam joget lokasi semakin panas karena
dipadati oleh para tamu undangan, tapi ngga mengurangi keceriaan pengantin dan
keluarga.
Dan masuklah ke acara berikutnya, Polines. Naaah polines ini
yang paling seru, karena diikuti oleh pasangan remaja termasuk akyuuu... kan
akyu masih muda *dilempar kue pengantin* *mangap* *enaaak* :p. Jadi Polines ini
adalah tarian yang mengiringi pengantin memotong kue pengantinnya. Kurang lebih
10 pasangan muda-mudi membentuk barisan saling berhadapan dengan pasangan masing-masing.
Barisan pertama tentu saja kedua mempelai, lalu diikuti pasangan lainnya.
Jangan takut, tarian ini udah ada yang mandu jadi tinggal ikutin instruksi aja
hehe. Makna dari tarian ini adalah, kedua mempelai udah bukan lajang lagi,
mereka sah meninggalkan status lajang mulai hari itu, makanya kanapa para
penari Polines ini adalah pasangan remaja yang belum menikah, istilahnya dari
barisan penari-penari itu, barisan pertama udah pecah telor. Sedihnya yang ngga
punya pasangan asli, ketika Polines harus rela dipasangin sama sepupu sendiri,
untung daku punya pasangan meski harus narik-narik Edgar yang kemaluannya sungguh besar, KEMALUANNYA
loh yaa bukan ‘KEMALUANNYA’ dan akhirnya doi pasraaah nyiahahahaha
Yakali dansa sama sepupu sendiri, tensin shaaaay.... ketauan
jomblonya kan :D
Polines ini berlangsung kira-kira 20 menitan, joget 20 menit
badan gw banjir keringet fix lah selesai pesta turun 5 kilo, tapi sayang itu
hanya ekspetasi semata karena realitanya ngga se ons pun berat badan gw turun.
*lempar piring* *banting timbangan* *guling-guling dired carpet*
Kelar acara tari-tarian, lalu lanjut lagi.. lanjut apa? Yaah
masa mesti dijelasin, kan udah tau kalo rangkaian pesta ini terdiri dari 10%
menangis bahagia, 5% salam-salaman, 85% Joget Silaturahmi ahahahaha paham kan
joget silaturahmi? Ya itu, joget bareng sanak saudara, sama aja toh kaya
silaturahmi :p
Untuk foto-foto polines dan Luie nanti gw update lagi yaah, masih di
kakak-kakak photographer nya hehe ini sebagian foto Tari Hedung.
Para Penari Hedung |
Senjatanya asli loh |
Cheers,
Ceacilia
No comments:
Post a Comment