Tuesday, June 30

Mari Menari

Kalau bahas tentang kekayaan tanah Zamrud Khatulistiwa ini memang ngga akan ada bosannya, selalu bikin ketagihan dan mau mau mau tau lagi.

Bagai bola salju yang menggelinding, menyapu butiran debu salju sehingga membentuk bola besar, ya seperti itulah gw. Semakin mengulik kekayaan Indonesia, semakin besar kecintaan gw dengan Negara Seribu Pulau ini.

Ngga cuma alam Indonesia yang gw kagumi, budaya yang dimiliki setiap daerah juga sangat amat gw berikan tepuk tangan. Entah berapa kata WOW yang harus gw keluarkan, sepertinya ngga akan berhenti sampai gw menutup mata. Tiap daerah di Indonesia memiliki keunikan budaya masing-masing, dan masih tentang keunikan Pulau Flores kali ini gw mau membahas sebagian dari budayanya, ehh.. mungkin ngga sebagian yah, secuilnya aja.. ehehe

Beberapa bulan lalu, ada 2 orang sepupu gw yang menikah. Acara pernikahannya sendiri dilakukan dengan sentuhan adat, beberapa detail acara diselipkan dengan kebiasaan-kebiasaan masyarakat Flores ketika mengadakan pesta pernikahan. Apa lagi kalau bukan dengan tarian, mungkin menari sudah mendarah daging bagi sebagian besar masyarakat Flores :D

Ada beberapa daerah yang mengusung tarian sebagai jembatan untuk menyampaikan sebuah pesan tertentu. Begitu pula dengan tarian adat Flores.

Tarian-tarian adat yang digunakan dalam pernikahan kedua sepupu gw ini yaitu Hedung, Luie dan Polines. Gw akan bahas satu persatu pesan (menurut pandangan pribadi) yang disampaikan dari ketiga tarian ini.
Pertama tarian Hedung, tarian ini asalnya dari Adonara. Hedung merupakan tarian perang, dulunya dilakukan untuk menyambut para pahlawan yang kembali dari medan perang. Maka tak heran, tarian ini menggunakan senjata-senjata sebagai lambang semangat berjuang yang tak kenal lelah. Semakin berjalannya waktu tarian ini tidak lagi dilakukan dimasa peperangan melainkan untuk penyambutan tamu dan acara-acara lainnya seperti pernikahan atau sebagai penutupan/pembukaan pertandingan sepakbola supaya tarian ini tetap ada sebagai warisan leluhur. Tarian Hedung terdiri dari beberapa laki-laki menggunakan perlengkapan seperti Parang, Tombak, Perisai, Ikat Kepala yang terbuat dari daun kelapa, Gemerincing yang diikat dikedua pergelangan kaki, dan Kain Tenun atau Nowi’n. Dengan diiringi musik tradisional dari gong, gendang, dan irama bolo’n para penari mulai memperlihatkan keahliannya dalam menari, karena kali ini tarian Hedung digunakan untuk acara pernikahan maka para penari tersebut memperagakan tarian seperti layaknya orang berperang sambil mengayunkan senjata digenggaman masing-masing menuju kedua mempelai yang berdiri kurang lebih 50 m.

Setelah para penari sampai di hadapan kedua mempelai dan para pengiringnya termasuk orang tua, para penari ini berhenti kemudian seorang tokoh adat mulai menyampaikan pesan dan makna pernikahan. Tarian Hedung memberi pesan bahwa dalam kehidupan berumah tangga harus bersemangat seperti orang berperang, dan melindungi satu sama lain dari bahaya begitu juga seorang suami yang harus menjaga anggota keluarganya.

Kedua tarian Luie, setelah tarian Hedung tadi selesai kemudian para penari menepi dan disambung dengan tarian Luie. Tarian ini terdiri dari 8 orang Ibu-ibu yang berbaris membuat 2 shaf. Dengan melampinkan selendang dibahu, para Ibu menari menghadap mempelai diiringi lagu Luie yang kemudian diikuti oleh mempelai dan pengiringnya menuju ke pelaminan. Untuk tarian ini gw kurang mendapat informasi, tapi sejauh yang gw tangkap dari tarian ini memiliki pesan bahwa seorang Ibu yang melepas anak dewasanya menuju gerbang kehidupan yang baru, karena dalam tarian ini para penari Luie mengantarkan kedua mempelai sampai ke pelaminan *Correct me if i wrong*. Gw melihat para Ibu menari sambil menangis. Mungkin terharu melihat dua orang anak yang telah dewasa kini menjadi satu dan akan memulai kehidupan berumah tangga. Hehe..

Setelah kedua tarian tadi, kemudian berhenti dulu acara tari menari adatnya. MC memberikan ramah-tamah dan disusul dengan Doa, setelah itu giliran para undangan memberikan selamat kepada kedua mempelai dan dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang telah disediakan oleh juru masak. Sementara para undangan memberi selamat dan menikmati hidangan, para pemusik mulai mendendangkan irama musik mulai dari lagu daerah, jazz, pop, sampai reggae, tentunya kami para keluarga mulai maju dan.... you-know-what-I-mean. Joget :D

Ngga usah ditanya berapa banyak lagu yang bikin gw ikut turun ke lantai dansa. Entah terbawa suasana, entah emang jiwa jogetnya mulai muncul, atau emang darah keturunan ‘doyan joget’ itu mengalir didalam tubuh gw? Intinya saat itu gw menikmati setiap irama yang dibawakan. Gapapa yah, itung-itung bakar kalori setalah makan banyak hari itu. *mulai pembelaan* :D

Semakin malam joget lokasi semakin panas karena dipadati oleh para tamu undangan, tapi ngga mengurangi keceriaan pengantin dan keluarga.

Dan masuklah ke acara berikutnya, Polines. Naaah polines ini yang paling seru, karena diikuti oleh pasangan remaja termasuk akyuuu... kan akyu masih muda *dilempar kue pengantin* *mangap* *enaaak* :p. Jadi Polines ini adalah tarian yang mengiringi pengantin memotong kue pengantinnya. Kurang lebih 10 pasangan muda-mudi membentuk barisan saling berhadapan dengan pasangan masing-masing. Barisan pertama tentu saja kedua mempelai, lalu diikuti pasangan lainnya. Jangan takut, tarian ini udah ada yang mandu jadi tinggal ikutin instruksi aja hehe. Makna dari tarian ini adalah, kedua mempelai udah bukan lajang lagi, mereka sah meninggalkan status lajang mulai hari itu, makanya kanapa para penari Polines ini adalah pasangan remaja yang belum menikah, istilahnya dari barisan penari-penari itu, barisan pertama udah pecah telor. Sedihnya yang ngga punya pasangan asli, ketika Polines harus rela dipasangin sama sepupu sendiri, untung daku punya pasangan meski harus narik-narik Edgar  yang kemaluannya sungguh besar, KEMALUANNYA loh yaa bukan ‘KEMALUANNYA’ dan akhirnya doi pasraaah nyiahahahaha

Yakali dansa sama sepupu sendiri, tensin shaaaay.... ketauan jomblonya kan :D

Polines ini berlangsung kira-kira 20 menitan, joget 20 menit badan gw banjir keringet fix lah selesai pesta turun 5 kilo, tapi sayang itu hanya ekspetasi semata karena realitanya ngga se ons pun berat badan gw turun. *lempar piring* *banting timbangan* *guling-guling dired carpet*

Kelar acara tari-tarian, lalu lanjut lagi.. lanjut apa? Yaah masa mesti dijelasin, kan udah tau kalo rangkaian pesta ini terdiri dari 10% menangis bahagia, 5% salam-salaman, 85% Joget Silaturahmi ahahahaha paham kan joget silaturahmi? Ya itu, joget bareng sanak saudara, sama aja toh kaya silaturahmi :p


Untuk foto-foto polines dan Luie nanti gw update lagi yaah, masih di kakak-kakak photographer nya hehe ini sebagian foto Tari Hedung.


Para Penari Hedung




Senjatanya asli loh 










Cheers,
Ceacilia

No comments:

Post a Comment