Postingan Marathon banget nih, singsingkan baju, kretekin jemari. Sudah siaaaaaap? :p
Mumpung masih melekat diingatan dan sebagai pengobat dikala nanti Gw mulai rindu tanah Larantuka, Flores Timur, adalah tujuan gw nulis postingan ini. Semangat Gw pun masih membara-bara untuk flashback ke satu bulan yang lalu ketika berada di Larantuka.
Kali ini mau bahas tentang Semana Santa, untuk mengetahui secara lengkap mengenai Semana Santa bisa cek disini.
Mari langsung masuk ke pembahasan ketika Gw dan Sanak Saudara lainnya mengikuti prosesi Semana Santa. Singkatnya Semana Santa ini adalah, sebuah perarakan atau prosesi yang dilakukan sejak satu minggu sebelum Paskah. Prosesi ini diadakan setiap tahunnya di Flores, tepatnya di Larantuka Flores Timur. Sudah sekitar 5 abad lebih Semana Santa selalu diadakan setiap tahunnya. Prosesi ini ngga cuma diikutin warga Larantuka aja, wisatawan dari berbagai daerah juga ikut dalam Prosesi ini bahkan turis asing ada didalamnya.
Mulai hari Rabu, sudah diadakan prosesi yang dinamakan Rabu Trewa. Rabu Trewa ini adalah proses persiapan Pekan Suci Paskah. Di hari Rabu ini, masyarakat Larantuka mulai menyiapkan Tikam Turo atau pagar yang terbuat dari bambu yang kemudian akan dipasang dikiri dan kanan jalan jalur prosesi Semana Santa. Di hari itu juga Gw dan keluarga mengikuti Ibadah Rabu Trewa di Gereja yang letaknya hanya sekedipan mata aja dari rumah Tante Oncu yang mana beliau adalah adiknya Bokap.
Ibadah dimulai tepat jam 18.00 WITA. Ngga begitu lama, sekitar jam 19.00 WITA Ibadah udah selesai. Satu persatu umat meninggalkan bangku Gereja menuju keluar yang ternyata udah banyak anak-anak sekitar yang berkumpul untuk memainkan alat musik yang dibuat dari Bambu. Ini adalah tradisi di Desa Lewoloba.
Anak-anak tadi, kemudian mengelilingi Lewoloba dari bawah sampai ke atas sambil memainkan Bambunya sehingga menghasilkan keramaian ditempat itu.
Kurang lebih kaya gini Bambunya. *abaikan kumisnya* |
Sesudah keliling-keliling, mereka pulang kerumah masing-masing.
Gw juga pulang ke Rumah Pa Tenga, karena esok harinya harus bangun pagi-pagi karena akan mengikuti Prosesi selanjutnya.
Sejak Rabu Trewa inilah Kota Larantuka menjadi kota berkabung untuk mengenang sengsara dan wafatnya Yesus.
Sejak Rabu Trewa inilah Kota Larantuka menjadi kota berkabung untuk mengenang sengsara dan wafatnya Yesus.
Kamis pagi, Gw dan para peziarah lainnya yang saat itu sengaja datang ke Larantuka untuk mengikuti Semana Santa, harus menyebrang ke Pulau sebelah yaitu Adonara Barat tepatnya di Wureh untuk mencium Patung Yesus yang dikenal dengan sebutan Tuan Berdiri.
Sayangnya Gw hanya pergi bertiga dengan Sepupu Asny dan Cici, karena Mama dan Ayah sepertinya ga memungkinkan untuk ikut. Kami bertiga berangkat jam 04.00 WITA, sengaja kami pergi pagi-pagi buta supaya antrian belum terlalu panjang.
Kami pergi ke pelabuhan diantar dengan Sepupu laki-laki, kemudian kami menumpangi kapal kayu atau ketinting biasa disebut oleh warga lokal. Ngga banyak penumpang disatu ketinting, maksimal 10 penumpang. Setelah penumpang sudah duduk nyaman, berangkatlah kami menuju Wureh, Adonara Barat.
Perjalanan Ke Wureh, Adonara Barat dengan menggunakan Kapal Kayu |
Dengan membayar Rp. 10.000, kurang Lebih 20 menit, sampailah kami di Wureh. Wah ternyata kita bukan orang pertama yang datang haha. Udah banyak yang antri walaupun belum terlalu panjang. Lalu kami bertiga jalan sebentar menuju Kapela Tuan Berdiri ini, ngga terlalu jauh mungkin sekitar 100 meter dari Pelabuhan Wureh. Sebelum masuk ke Kapela, semua barang bawaan termasuk jaket harus dititipkan di tempat yang udah disediakan panitia, kalau ngga salah biayanya Rp. 5000 untuk sekali penitipan.
Semua udah beres, bawaan udah dititipin, lalu kami menitipkan botol kosong untuk diisi dengan Minyak, dan Air. Kemudian kami mulai antri untuk masuk ke Kapela. Ngga perlu lama-lama antri, kami langsung dipersilahkan berlutut dan berjalan menuju Patung Tuan Berdiri ini. Iya, guys jalan sambil berlutut tanpa alas kira-kira 50 meter. Yaa lumayan bikin lutut cenut-cenut hehe.
Saat itulah pertama kali Gw liat Patung Besar yang menatap lirih seperti melihat hamba dibawah kaki-Nya. Trus, perasaan Gw ngeliat Patung besar ini gimana? Aduh, hati kok ser-seran yaah. Kalau dilihat dari dekat secara langsung, patung Tuan Berdiri ini besar, besaaar banget. Wajahnya berdarah-darah semacam bekas cambukan, Gw yang berdiri disitu merindingnya ngga abis-abis. Suer!
Di kapela ini ada tiga patung yang akan kami cium, Patung Yesus didalam peti, Patung kecil, dan Tuan Berdiri. Masih dengan perasaan kagum dan takjub, Gw jalan berlutut menuju patung Yesus didalam peti, Gw julurkan kepala supaya bisa mencium bagian dari Patung tersebut.
Lalu gw mulai berjalan lagi menuju Patung kedua, Gw lupa ini Patung apa pokoknya agak kecil dan ada didalam kotak kayu, Gw harus kembali memasukan kepala karena letak Patung sedikit kedalam.
Yang ketiga, yaitu Patung Tuan Berdiri. Kali ini sedikit membutuhkan usaha, karena harus melewati 2 anak tangga, sementara masih harus jalan berlutut. Kemudian sampai dihadapan Patung Tuan Bediri, gw buat Tanda Salib lalu mencium kaki Tuan Berdiri. Gw cium kaki-Nya agak lama, sebagai manusia yang banyak banget dosa udah sewajarnya Gw minta ampun dikaki-Nya. Hehehehe
Selesai mencium Patung Tuan Bediri, Gw berjalan kebelakang untuk berdoa sejenak.
Ini Patung Yesus di dalam Peti |
Ini Patung Tuan Berdiri. Kelihatan kan ada yg berlutut? Iya seperti itu. |
Sesudah segala doa dari A-Z dipanjatkan, Gw dan kedua Sepupu tercinta *tsahh* keluar Kapela dan mengambil botol yang sebelumnya dititipkan Panitia untuk diisi Air dan Minyak. Lalu kami beranjak ke pelabuhan, dan kembali ke Larantuka.
Sampai dipelabuhan Larantuka, kami langsung cari Angkot menuju Lewoloba. Ada yang menarik dengan Angkot-angkot disini. Katanya semua Angkot di Larantuka keren-keren, dan bener aja ketika Gw dan kedua Sepupu naik Angkot, jeng jeeeenggggg, kursi empuk, full musik, ada TV nya, dapet bonus pula supir plus keneknya masih muda-muda dan modis-modis, ini emang sengaja dibikin modis soalnya kalo engga wasalam deh Angkotnya gak ada yg mau naik hahaha.
Mangap-mangap lah gw, ya secara angkot di jakarta menurut ngana gimanaaaa? Kursi compang camping, sekalinya ada musik bikin sakit kepala, jangan harap deh supirnya cakep, ketemu supir yang gak bau ketek aja udah syukur. :(
Dan kejadian Wow kedua yang bikin kaget, Angkot ini nganterin kami sampai kedepan rumah. Iya depan rumah persis, tentunya Gw merasa seperti Princess bahagia dong nggak perlu jalan jauh dari depan gang ke rumah kami. hahaha *ditendang*
Gw mampir dulu dirumah Tante Oncu, ngga jauh dari Rumah Pa Tenga. Tante Oncu itu adik Bungsunya Ayah, di Larantuka anak Bungsu disapa dengan Oncu. Lucu yaa.. Hehehe
Sore harinya, kami semua mengikuti Ibadah Kamis Putih. Letak Gereja ngga begitu jauh cukup jalan kaki 15 menit aja. Sistem Ibadah juga udah diatur, desa Lewoloba ini bertetanggaan dengan desa Badu, dan masing-masing desa punya satu Gereja, jadi setiap tahunnya ketika Paskah, Ibadah dilakukan secara bergantian antar desa tersebut dan ditahun ini giliran Gereja di desa Badu yang menjadi 'tuan rumah'.
Untuk prosesi selanjutnya, yaitu Jumat Agung Gw tulis di part 2 supaya ngga terlalu panjang yaa.. ;)
Cheers,
Ceacilia
No comments:
Post a Comment