....Guys, masih semangat? Udah hari Kamis nih, itu menandakan H-2 menuju weekend :p
kalo inget weekend kok bahagia banget yaa. Apa lagi weekend pas ditanggal gajian. Dooooh..... hahahahaha
Udaah stop deh ngayal-ngayalnya, sekarang mau melanjutkan tulisan dipost sebelumnya mengenai Semana Santa Larantuka.
Di part 3 ini Gw mau menceritakan pengalaman saat mengikuti Prosesi Puncak Semana Santa, yaitu di hari Jumat malam.
Jadi, habis Gw ikut Prosesi Bahari disiang harinya, Jumat malamnya Gw dan keluarga yang banyak banget kalo disebutin satu-satu. Ya memang keluarga ini besar banget, kadang suka gak kenal yang ini sodara dari mana, yang itu anaknya siapa, yang ono Bapak nya siapa, marga ini dan marga itu bersaudara, panjang lah kalau dijabarin pokoknya njelimet bikin pucing.. :D
ealaaah malah ngelantur. Fokus lagi ya.
Tujuan kami kali ini yaitu ke Gereja Katedral di Balela untuk mengikuti Perarakan Tuan Ma dan Tuan Ana yang siang tadi diantarkan ke Gereja Katedral melalui Prosesi Bahari.
Malam harinya Tuan Ma dan Tuan Ana diarak dari Gereja Katedral mengelilingi Kota Larantuka dan kembali ke Gereja Katedral lagi melalui 8 titik perhentian kehidupan yang disebut dengan Armida. Sementara Patung Tuan Menino dibawa ke Armidanya.
Sekitar jam 18.00 WITA Kami pergi menuju ke Balela ketempat Sepupu Gw (Nona Ermol) untuk menitipkan motor karena jarak rumah Nona Ermol dengan Katedral ngga begitu jauh.
Kemudian setelah menitipkan motor, kami pergi ke area Prosesi. Kami ngga mengikuti dari Katedral, jadi kami masuk dipertengahan barisan.
![]() |
Kira-kira seperti ini barisannya. Photo From Here |
Setelah masuk barisan, kami mulai menyalakan lilin, membuat Tanda Salib kemudian mengikuti setiap lantunan Doa. Ribuan peziarah dari berbagai daerah tumpah ruah ditempat ini. Asap lilin yang mengebul seraya menghantarkan segala doa dan harapan dari anak manusia kepada Sang Pengabul segala Doa.
Disetiap Armida, para jemaat berhenti sejenak untuk mendengarkan Ovos atau Lagu Ratapan. Lagu ini bener-bener bikin merinding disko, suara merdu dan lirik yang khas berkali-kali dinyanyikan oleh para petugas. Armida-armida ini memiliki makna tersendiri.
1. ARMIDA MISERICORDIAE : mengingatkan manusia akan kedatangan kembali Yesus Kristus.
2. ARMIDA TUAN MENINO : pemenuhan janji Allah terhadap manusia.
3. ARMIDA BALELA : meneladani Yesus yang menghibur manusia.
4. ARMIDA TUAN TREWA : Yesus rela berkorban demi manusia.
5. ARMIDA PANTE KEBIS : kesertaan Bunda Maria untuk bersatu dalam penderitaan Yesus.
6. ARMIDA POHON SIRIH : mengingatkan umat akan hukuman mati yang diderita Yesus.
7. ARMIDA KUCE : mengingatkan kematian Yesus di kayu salib.
8. ARMIDA TUAN ANA : Yesus diturunkan dari kayu salib lalu dimakamkan.
Setelah mendengarkan Ovos disetiap Armida, para jemaat kembali memanjatkan doa dan menyanyikan pujian-pujian. Sungguh khidmat.
1. ARMIDA MISERICORDIAE : mengingatkan manusia akan kedatangan kembali Yesus Kristus.
2. ARMIDA TUAN MENINO : pemenuhan janji Allah terhadap manusia.
3. ARMIDA BALELA : meneladani Yesus yang menghibur manusia.
4. ARMIDA TUAN TREWA : Yesus rela berkorban demi manusia.
5. ARMIDA PANTE KEBIS : kesertaan Bunda Maria untuk bersatu dalam penderitaan Yesus.
6. ARMIDA POHON SIRIH : mengingatkan umat akan hukuman mati yang diderita Yesus.
7. ARMIDA KUCE : mengingatkan kematian Yesus di kayu salib.
8. ARMIDA TUAN ANA : Yesus diturunkan dari kayu salib lalu dimakamkan.
Setelah mendengarkan Ovos disetiap Armida, para jemaat kembali memanjatkan doa dan menyanyikan pujian-pujian. Sungguh khidmat.
Saat itu Gw berdiri dibarisan yang lumayan jauh dari Patung Tuan Ma dan Tuan Ana, jadi Gw ngga bisa foto saat kedua Patung tersebut diarak. Tapi masih bisa denger suara Mataraka, alat musik yang dimainkan oleh Putri Altar untuk mengiringi perarakan ini. Cara memainkannya sederhana, cukup diputar aja.
Ada hal yang bikin Gw menganga heran, Gw lihat ke kiri kanan jalan banyak para pemuda berpakaian putih khas Umat Muslim yang berdiri untuk turut menjaga keamanan prosesi ini, mungkin ngga cuma Umat Muslim aja yang terlibat dalam prosesi ini. Gw amat terharu, begitu damainya bermasyarakat di Kota ini, saling menghormati, menghargai dan bertoloransi tinggi. Memang benar, Larantuka kota yang terberkati. :')
Ada hal yang bikin Gw menganga heran, Gw lihat ke kiri kanan jalan banyak para pemuda berpakaian putih khas Umat Muslim yang berdiri untuk turut menjaga keamanan prosesi ini, mungkin ngga cuma Umat Muslim aja yang terlibat dalam prosesi ini. Gw amat terharu, begitu damainya bermasyarakat di Kota ini, saling menghormati, menghargai dan bertoloransi tinggi. Memang benar, Larantuka kota yang terberkati. :')
Kami jalan sekitar 20km, kurang lebih 6 jam mengeliling kota Larantuka. Nggak ada rasa capek, Gw sangat bersemangat dan menikmati Prosesi ini, sesekali ngeliat ke Bulan yang kabarnyanya selalu menunjukan cincinnya yang bulat sempurna setiap Prosesi ini berlangsung, dan bener aja ketika Gw mendengakan kepala ke atas, Bulannya cantik banget, Gw sampe ga berenti-berenti liat ke atas :D
Tepat pukul 01.00 prosesi selesai, Patung Tuan Ma dan Tuan Ana sudah kembali ke Katedral. Gw berdiri disamping pintu Gereja untuk liat dengan jelas Patung Tuan Ma dan Tuan Ana.
Patung Tuan Ma ketika Masuk ke Gereja Katedral. Patung ini udah 500 tahun lebih usianya |
Tuan Ana didalam Peti yang diangkat oleh Lakademu |
Tuan Ana |
Kalau kalian perhatiin foto diatas, petugas yang mengangkat Patung Tuan Ana pakai Jubah khusus dan Topi khusus, itu yang disebut Lakademu. Matanya tertutup gitu, tapi mereka lancar menggotong Patung Tuan Ana tanpa kesandung atau nabrak-nabrak. Ajaib kan? Kok bisa?. Entah, biarlah menjadi rahasia Ilahi. Hehehehe
Dan ini adalah akhir dari prosesi Semana Santa. Setelah itu kami pulang ke Lamatoro dengan hati penuh syukur.
Sampe di Lamatoro tentu aja nggak langsung tidur, masih ngobrol sama Sepupu-sepupu Gw sampe hampir subuh. Karna mata ini semakin lengket, dan badan semakin renta. Secaraaaaaa dari pagi buta udah melek tsaaay, aku kan anaknya kangenan sama kasur hahaha yaudah, Gw pamit tidur duluan.
Besoknya dihari Sabtu kami merayakan Pesta Paskah, semua keluarga kumpul di rumah Pa Tenga. Senengnya ngga abis-abis, selama disini selalu kumpul keluarga terus. Iya keluarga yang besar ini. :)
Cheers,
Ceacilia
No comments:
Post a Comment