Ngelanjutin postingan tentang Semana Santa yang gw janjikan, maka izinkanlah gw minum kopi dulu supaya jreeeng lagi matanya. Hahaha *slurrrp* Oke Thanks..
Buat yang belum baca part satunya, silahkan klik disini. Lanjut gak? Tes suara dulu ya, yang dipojok sana mana suaranya.........? Tepuk tangannya mana..... bahahahaha mulai skip nih otaknya. Yaudah marilah ditengok tulisan anak manis dibawah ini. *kibas rambut*
Masuk ke prosesi selanjunya yaitu Hari Jumat yaaaa...... Jadi jumat itu adalah puncak dari Prosesi Semana Santa.
Jumat pagi sekitar pukul 06.00 WITA, Gw dan Nyokap serta para Sepupu mengikuti Prosesi cium Patung Tuan Ma (Bunda Maria) dan Tuan Ana (Tuhan Anak, atau Tuhan Yesus). Letaknya di desa Balela. Beruntung udara pagi itu cerah, sangat mendukung perjalanan kami.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit menggunakan sepeda motor dari Lewoloba menuju Balela, kami sampai di Kapela Tuan Ma. Kapela dikaki gunung dan dibibir pantai ini bikin gw jatuh hati untuk kesekian kalinya dengan kota Larantuka. Gimana enggak, perpaduan yang sempurna antara gunung dan laut, bikin mata berhenti berkedip sekian detik.
Seudah berhasil dicuri hatinya oleh pemandangan ini, lalu Gw mulai menyadarkan diri kalo tujuan Gw kesini bukan untuk liat-liat pantai trus duduk-duduk sambil minum kelapa muda haha
Gw langsung ambil posisi antri di muka Kapela Tuan Ma untuk mencium Patung Tuan Ma. Kurang lebih 30 menit antri, kami dipersilahkan berlutut dari pintu masuk Kapela sampai ke depan Patung Tuan Ma. Berlutut lagi, guys.. kali ini lumayan ada alasnya walaupun hanya karpet tipis yang menjulang sampai tepat didepan Patung Tuan Ma.
Nyokap Gw yang notabene lututnya sering sakit-sakit udah Gw wanti-wanti, kalau ngga kuat berlutut agak ngesot-ngesot dikit aja yang penting ngga berdiri, ngerti kan maksudnya ngesot-ngesot? ya kaki agak diseret gitulah. Dan engingeeeng.... Mukzizat! Nyokap lancar jalan berlutut sampai melandaskan bibirnya di Jubah Tuan Ma. :')
Gw yang bolak balik ngeliatin lututnya amazed banget bisa sampe lancar gitu.
Sekarang giliran Gw, sampai hadapan Patung Tuan Ma, sekali lg Gw merinding dan gak sanggup liat matanya. Nggak ngerti kenapa, kok kaya ngga mampu aja natap matanya secara langsung.
Setelah orang didepan menepi ke samping Patung Tuan Ma, Gw mulai maju dan bersujud, Gw cium Jubahnya yang panjang sampai menyentuh lantai, mendaraskan sebait doa kemudian bergeser ke kiri untuk mempersilahkan umat lainnya maju.
Kapela Tuan Ma. Liat dibelakang Kapela, itu Gunung nya. Cantik kan? :D Dan ini Umat yang antri untuk cium Patung Tuan Ma. Sepanjang ini antriannya. |
Ini Pantainya, tepat didepan Kapela Tuan Ma. Airnya tenaaaang banget. |
Erwin-Gw-Cici-Mama |
Gw, Nyokap, Sepupu Gw Cici, Erwin dan Jaka kemudian menuju keluar Kapela Tuan Ma untuk melanjutkan perjalanan menuju Kapela Tuan Ana atau Tuhan Anak atau Tuhan Yesus. Kami jalan kurang lebih 100m menuju Kapela Tuan Ana. Diperjalanan banyak banget para peziarah yang lalu lalang untuk ikut melakukan Prosesi cium Patung ini.
Sepanjang jalan menuju Kapela Tuan Ana, cukup banyak Patung-patung diarea ini, ada juga Istana Raja Larantuka. Gw lupa tanya ke Sepupu, tentang Istana ini nanti deh Gw cari informasi dulu baru diupdate. hehe
Lupa ngga foto Istana nya, cuma plang ini aja huhuhu |
Setelah becengkrama cukup panjang dengan para Sepupu, tibalah kami di Kapela Tuan Ana. Oya, disini kita sering nemuin Kapela mungkin sekitar 1km ada 3-4 Kapela.
Di Kapela Tuan Ana ini ngga begitu Antri jadi kami bisa langsung masuk untuk cium Patung Tuan Ana, ehh tapi sebenernya sih bukan Patung yaa, semacam Peti gitu jadi kita cium Petinya.
Didalam Kapela ini banyak Mama-mama yang memang sudah dibentuk sebagai Panitia, mereka bertugas untuk membakar lilin dan wiruk atau dupa yang biasa digunakan untuk menciptakan suasana atau atmosfir liturgis. Mereka ngga cuma bakar lilin aja tapi ada yang melantunkan lagu pujian, ada pula yang berdoa Salam Maria dan Bapa Kami.
Setelah dipersilahkan berlutut kembali, kami menuju kedepan Peti Tuan Ana untuk saling bergantian Mencium Peti.
Kembali Gw mewanti-wanti Nyokap untuk berhati-hati sama lututnya.
Lalu, setelah berdoa sebentar kami menuju keluar Kapela.
Kapela Tuan Ana |
Candid Shoot by my Cousin. ehehehe |
Patung Mater Dolorosa. Ini tepat di depan Kapela Tuan Ana. |
Setelah Prosesi cium Patung Tuan Ma dan Tuan Ana rampung, kami mampir dulu ke rumah Sepupu yang letaknya ngga jauh dari Kapela ini, masih di Balela. Kebetulan kami parkir motor disini hehe. Cukup berjalan kurang lebih 15 menit kami sampai dirumah Sepupu, Nona Eramolik, karena ada dua orang Sepupu Gw yang disapa dengan Nona jadi kita pakai singkatan aja, Nona SP untuk Nona Soeban Poelo dan Nona Ermol untuk Nona Eramolik hehehehe.
Dirumah Nona Ermol ini kami disuguhi teh hangat dan pisang goreng, aslik yaah di jakarta Gw paling males makan gorengan, tapi kok disini nikmat banget makan pisang goreng sama teh hangat, the power of teh-dan-pisang-goreng-larantuka. :D
Ngga lama Christian, Sepupu Gw yang super sibuk, dateng untuk jemput Nyokap Gw. Iya Christian ini sibuk banget, sampe ngga ada waktu buat ajak Gw jalan-jalan. Hahaha
Duduk-duduk sebentar, lalu kami pamit untuk kembali ke Lewoloba.
Sekitar pukul 10.00 WITA kami sampai di Lewoloba. Kami singgah dirumah Tante Oncu, karena tepat disebelah rumah Tante Oncu ini adalah lapangan besar dan siang itu ada Tablo, seperti napak tilas kisah sengsara Yesus ketika di Salib.
Gw sempet nonton dulu, dan sempet nahan-nahan nagis karena kalau di Larantuka Tablo nya itu bener-bener disiksa, dicambuk, ditendang, sampe pemeran Yesusnya merintih kesakitan. Gong nya ketika Yesus ketemu Bunda Maria Ibunya, petugas koor nyanyiin lagu Flores, walaupun Gw ngga tau artinya tapi Gw yakin itu sedih banget. *usap mata*
Ini waktu lg nonton Tablo, difotoin sama salah satu Romo di Larantuka. Nah yang belakang Gw itu Tante Oncu hehe |
Kira-kira jam 12.00 WITA, Tablo selesai dan Gw kembali ke Lamatoro. Eh.. Gw belom sempet kasih tau Lamatoro itu dimana yaa, jadi Lamatoro ini rumah Pa Tenga dikasih nama Lamatoro oleh Kakek Gw, mungkin asal-usul nama Lamatoro ini karna dulu banyak pohon Lamatoro disekitar rumah Kakek Gw, tapi Lamatoro masih di Desa Lewoloba.
Kalau yang belom tau siapa itu Tante Oncu dan Pa Tenga, boleh dibaca di post-post sebelumnya yaaa hehehe
Sampai di Lamatoro, gw cuma mandi, isi perut sedikit. Gw, Cici, Erwin dan Jaka lanjut ikut Prosesi Bahari. Prosesi ini adalah proses pengantaran Patung Tuan Ma, dan Tuan Menino (Kanak-kanak Yesus dalam bahasa Portugis) dari Kapela ke Gereja Katedral melalui laut yang dibawa menggunakan sampan. Kira-kira seperti ini :
![]() |
Photo from here. |
Sayang sekali Gw ngga sempet liat Prosesi Bahari dari awal karena diperjalanan kami terjebak masa lalu hujan. Belom rejeki, mungkin tahun depan yaa hehe
Gw hanya liat ketika Patung Tuan Ma, dan Tuan Menino udah didarat menuju Gereja Katedral.
Tuan Menino |
Tuan Ma, ini Patung Tuan Ma yang pagi tadi Gw Cium di Kapela Tuan Ma |
Sebanyak ini yang ikut mengantar Tuan Ana dan Tuan Menino ke Gereja Katedral, kira-kira 3km antriannya. |
Untuk mengangkat Patung Tuan Ma dan Tuan Menino ke Gereja Katedral bukan sembarangan orang. Mereka adalah orang-orang yang bernazar untuk menjadi pelayan saat Semana Santa berlangsung, sebelumnya mereka sudah diseleksi ketat. Mereka disebut dengan Lakademu.
Barisan-barisan ini sudah diatur, para petugas yang memakai jubah putih disebut dengan Confreria ditempatkan dibarisan depan kemudian diikuti oleh para Peziarah lainnya. Rata-rata para Peziarah yang ikut Prosesi mengenakan pakaian serba hitam, ini menandakan bahwa hari itu sedang berduka.
Semua Peziarah yang mengikuti Prosesi sangat khusyuk melantunkan doa-doa dan madah pujian sambil mengenggam lilin. Saat itu juga hati ini terenyuh melihat dan mendengar begitu banyak yang hadir mengikuti Prosesi dan alunan doa yang tak henti-hentinya diucapkan oleh mereka. Sungguh Agung Engkau, Tuhan.
Prosesi usai, kami kembali ke Lamatoro untuk istirahat karena masih harus mengikuti Prosesi Puncak malam nanti.
Masih panjang? Masiiiiiiiiiih............. :p lanjut di Part 3 yaaaa...
Cheers,
Ceacilia
No comments:
Post a Comment